Dec 20, 2012


Satu Pemuda Mengubah Dunia


“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.” (Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
“Negeri kita kaya! Kaya! Kaya-raya Saudara-saudara!. Berjiwa besarlah! Berimagination! Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia”. (Kutipan Pidato Bung Karno di semarang 29 Juli 1956)
“Massa adalah penentu sejarah, “the makers of history!” (Kutipan Pidato Bung Karno di Semarang 29 Juli 1956)
                                                                   ~ * * * ~
Banyak bukti dari kutipan ini yang terbukti pada zamannya hingga zaman sekarang. Dari Napoleon Bonaparte dengan pasukan pertamanya yang terdiri dari kaum gagal menurut pemerintahannya, hingga mengubah Perancis dan menorehkan sejarah dalam catatan dunia. Cukup satu orang! Satu orang dengan gagasan yang dapat mewakili banyak orang. Multatuli atau Danudirja Setiabudi atau Edward Douwes Dekker yang dengan tulisan dalam bukunya mengubah cara pikir dan politik  Belanda terhadap Indonesia. Boedi Oetomo dengan gerakan kebangkitan nasionalnya. Ki Hajar Dewantara dengan pikirannya untuk pendidikan nasionalnya dan banyak lagi tokoh-tokoh legendaris Indonesia yang bukan lahir dari mitos.
Mereka, dan banyak yang seperti mereka, lahir ditengah-tengah dunia yang penuh ketidak pastian dan ketidak percayaan bahkan dunia yang penuh ide-ide apatis. Mereka tetap meyakini apa yang menurut mereka benar untuk masyarakat negeri. Tetap bergerak tanpa menghiraukan nada-nada pesimis yang terlanjur ditanamkan kolonialisme dan imperialisme. Betapa perjuangan mereka terlihat dan terasa hasilnya bukan pada zamannya. Mereka tidak berhitung untung dan rugi saat menjalankan pendapat dan pikirannya, tidak pula berhitung apa jabatan yang akan mereka duduki bila gerakan mereka diterima masyarakat, yang terpenting adalah berbuat untuk perubahan keadaan negeri yang pada saat itu begitu tidak pasti.


Satu pemuda dengan pikiran yang”nyeleneh” dan beresiko ini tentu tahu bahwa tindakannya ini belum tentu berhasil, ditambah keyakinan belum tentu mereka menikmati hasil perjuangannya tersebut. Berbuat untuk negeri bukan untuk mencari keuntungan politis ataupun keuntungan materialis. Bebuat untuk negeri adalah melakukan tindakan dengan tenaga, pikiran, waktu, tulisan, nyawa bahkan dengan tumbal ketenangan dari keadaan yang sudah mapan berjalan. Bukan dengan berpikiran memustahilkan tindakannya. Bukan pula memustahilkan perubahan yang diinginkannya. Gerakan dan pikiran mereka tidak serta merta langsung terasa hasilnya dalam waktu sekejap, namun kebenaran itu mutlak dan satu kepahaman untuk seluruh dunia sehingga lambat namun pasti pemikiran ini mengejawantah menjadi gerakan yang akhirnya ditulis dalam sejarah negeri.
Ya. Satu pemuda memang dapat mengubah dunia.
Namun untuk zaman globalisasi ini yang dengan berbagai macam keadaan dan berbagai rasa yang sudah tertanam, tidak memungkinkan satu pemuda dapat mengubah dunia Indonesia. Sudah demikian nyaman keadaan ini bagi sebagian kecil masyarakat yang telah mendapat bagian keuntungan yang sialnya justru merekalah penentu negeri.
Bukan. Saya bukan menganjurkan dan meracuni anda dengan fakta sejarah. Namun bukankah fakta sejarah yang selalu dijadikan dasar acuan para politisi untuk menyikapi kebijakkan negeri? Namun yang dijadikan acuan mereka hanyalah fakta-fakta sejarah yang dapat menyelamatkan posisinya, fakta sejarah yang hanya menguntungkan gerombolannya, fakta-fakta sejarah yang hanya bisa mengamankan dan menyamankan jabatan kroni dan kroconya.
Tidak cukup satu pemuda untuk mengubah dunia saat kini. Harus serentak dan bersamalah dunia bisa terubah. Satu gerakan dengan tujuan kembar identik.
Anda ingin tidak ada koruptor? Mari bersama-sama secara serentak menghancurkan semua hal yang dapat memicu terjadinya korupsi. Seperti tidak memberi uang upeti kepada atasan anda! Dengan tidak memberi pelicin untuk memudahkan urusan anda! Tidak melakukan suap agar anak anda bisa bekerja! Tidak memberikan nominal dana sekecil apapun kepada pungutan yang tidak ada landasan hukumnya! Tidak memberikan uang damai pada preman pengatur jalan yang memakai seragam warna tanah itu! Dan begitu pula untuk semua hal yang kalian kritisi hingga hal yang kalian benci.
Cukup tularkan pikiran dan tindakan kalian saja. Cari teman yang satu pikiran dan satu tujuan, dan kita pakai sistem perekrutan ala multi level marketing. Satu orang menjadi dua orang. Dua orang menjadi empat orang. Empat orang menjadi delapan orang, hingga seterusnya berkembang menjadi ratusan, ribuan bahkan jutaan. Atau bahkan akan menjadi Ratus jutaan pemikiran dan tindakan yang sama. Jangan hitung untung rugi untuk kebenaran bila menurut kalian memang benar. Kebenaran itu mutlak! Biar kebenaran dibilang bukan, namun akan ada yang akan menemukan jati diri kebenaran yang disembunyikan atau ditutupi ini. Bukankah sepandai tupai melompat pasti jatuh juga? Dan serapat apapun bangkai ditutupi akan tercium juga? Kebenaran itu pasti mutlak dan bukan tidak.
Tidak cukup satu pemuda untuk mengubah dunia saat kini….
Harus ada banyak dan itu harus. Katakan apa yang dikatakan kebenaran itu walau menyakitkan dan mengubah keadaan.
Catatan kaki
Multatuli berasal dari bahasa latin yang artinya “aku sudah banyak menderita” atau “aku sudah cukup banyak menderita”. Bangsa lain memikirkan penderitaan bangsa kita saat itu dan hingga kini pun masih banyak bangsa lain yang berjuang untuk meneliti keadaan budaya dan meneliti keaneka ragaman fauna kita, walau tanpa anggaran dari pemerintah negara kita. Jabat erat jemari, engkau bagian dari sejarah negeri ini.
“Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi” ( Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945)


Sumber : Kompasiana.com

No comments:

Post a Comment