Satu Pemuda
Mengubah Dunia
“Seribu
orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”
(Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
“Negeri
kita kaya! Kaya! Kaya-raya Saudara-saudara!. Berjiwa besarlah! Berimagination!
Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling
cantik di dunia”. (Kutipan Pidato Bung Karno di semarang 29 Juli 1956)
“Massa
adalah penentu sejarah, “the makers of history!” (Kutipan Pidato Bung Karno di
Semarang 29 Juli 1956)
~ * * * ~
Banyak bukti dari kutipan ini yang terbukti pada zamannya
hingga zaman sekarang. Dari Napoleon Bonaparte dengan pasukan pertamanya yang
terdiri dari kaum gagal menurut pemerintahannya, hingga mengubah Perancis dan
menorehkan sejarah dalam catatan dunia. Cukup satu orang! Satu orang dengan
gagasan yang dapat mewakili banyak orang. Multatuli atau Danudirja Setiabudi
atau Edward Douwes Dekker yang dengan tulisan dalam bukunya mengubah cara pikir
dan politik Belanda terhadap Indonesia. Boedi Oetomo dengan gerakan
kebangkitan nasionalnya. Ki Hajar Dewantara dengan pikirannya untuk pendidikan
nasionalnya dan banyak lagi tokoh-tokoh legendaris Indonesia yang bukan lahir
dari mitos.
Mereka, dan banyak yang seperti mereka, lahir
ditengah-tengah dunia yang penuh ketidak pastian dan ketidak percayaan bahkan
dunia yang penuh ide-ide apatis. Mereka tetap meyakini apa yang menurut mereka
benar untuk masyarakat negeri. Tetap bergerak tanpa menghiraukan nada-nada
pesimis yang terlanjur ditanamkan kolonialisme dan imperialisme. Betapa
perjuangan mereka terlihat dan terasa hasilnya bukan pada zamannya. Mereka
tidak berhitung untung dan rugi saat menjalankan pendapat dan pikirannya, tidak
pula berhitung apa jabatan yang akan mereka duduki bila gerakan mereka diterima
masyarakat, yang terpenting adalah berbuat untuk perubahan keadaan negeri yang
pada saat itu begitu tidak pasti.
Satu pemuda dengan pikiran yang”nyeleneh” dan beresiko ini
tentu tahu bahwa tindakannya ini belum tentu berhasil, ditambah keyakinan belum
tentu mereka menikmati hasil perjuangannya tersebut. Berbuat untuk negeri bukan
untuk mencari keuntungan politis ataupun keuntungan materialis. Bebuat untuk
negeri adalah melakukan tindakan dengan tenaga, pikiran, waktu, tulisan, nyawa
bahkan dengan tumbal ketenangan dari keadaan yang sudah mapan berjalan. Bukan
dengan berpikiran memustahilkan tindakannya. Bukan pula memustahilkan perubahan
yang diinginkannya. Gerakan dan pikiran mereka tidak serta merta langsung
terasa hasilnya dalam waktu sekejap, namun kebenaran itu mutlak dan satu
kepahaman untuk seluruh dunia sehingga lambat namun pasti pemikiran ini
mengejawantah menjadi gerakan yang akhirnya ditulis dalam sejarah negeri.
Ya. Satu
pemuda memang dapat mengubah dunia.
Namun
untuk zaman globalisasi ini yang dengan berbagai macam keadaan dan berbagai
rasa yang sudah tertanam, tidak memungkinkan satu pemuda dapat mengubah dunia
Indonesia. Sudah demikian nyaman keadaan ini bagi sebagian kecil masyarakat
yang telah mendapat bagian keuntungan yang sialnya justru merekalah penentu
negeri.
Bukan.
Saya bukan menganjurkan dan meracuni anda dengan fakta sejarah. Namun bukankah
fakta sejarah yang selalu dijadikan dasar acuan para politisi untuk menyikapi
kebijakkan negeri? Namun yang dijadikan acuan mereka hanyalah fakta-fakta
sejarah yang dapat menyelamatkan posisinya, fakta sejarah yang hanya
menguntungkan gerombolannya, fakta-fakta sejarah yang hanya bisa mengamankan
dan menyamankan jabatan kroni dan kroconya.
Tidak
cukup satu pemuda untuk mengubah dunia saat kini. Harus serentak dan bersamalah
dunia bisa terubah. Satu gerakan dengan tujuan kembar identik.
Anda
ingin tidak ada koruptor? Mari bersama-sama secara serentak menghancurkan semua
hal yang dapat memicu terjadinya korupsi. Seperti tidak memberi uang upeti
kepada atasan anda! Dengan tidak memberi pelicin untuk memudahkan urusan anda!
Tidak melakukan suap agar anak anda bisa bekerja! Tidak memberikan nominal dana
sekecil apapun kepada pungutan yang tidak ada landasan hukumnya! Tidak
memberikan uang damai pada preman pengatur jalan yang memakai seragam warna
tanah itu! Dan begitu pula untuk semua hal yang kalian kritisi hingga hal yang
kalian benci.
Cukup
tularkan pikiran dan tindakan kalian saja. Cari teman yang satu pikiran dan
satu tujuan, dan kita pakai sistem perekrutan ala multi level marketing. Satu
orang menjadi dua orang. Dua orang menjadi empat orang. Empat orang menjadi
delapan orang, hingga seterusnya berkembang menjadi ratusan, ribuan bahkan
jutaan. Atau bahkan akan menjadi Ratus jutaan pemikiran dan tindakan yang sama.
Jangan hitung untung rugi untuk kebenaran bila menurut kalian memang benar.
Kebenaran itu mutlak! Biar kebenaran dibilang bukan, namun akan ada yang akan
menemukan jati diri kebenaran yang disembunyikan atau ditutupi ini. Bukankah
sepandai tupai melompat pasti jatuh juga? Dan serapat apapun bangkai ditutupi
akan tercium juga? Kebenaran itu pasti mutlak dan bukan tidak.
Tidak
cukup satu pemuda untuk mengubah dunia saat kini….
Harus
ada banyak dan itu harus. Katakan apa yang dikatakan kebenaran itu walau
menyakitkan dan mengubah keadaan.
Catatan
kaki
Multatuli
berasal dari bahasa latin yang artinya “aku sudah banyak menderita” atau “aku
sudah cukup banyak menderita”. Bangsa lain memikirkan penderitaan bangsa kita
saat itu dan hingga kini pun masih banyak bangsa lain yang berjuang untuk
meneliti keadaan budaya dan meneliti keaneka ragaman fauna kita, walau
tanpa anggaran dari pemerintah negara kita. Jabat erat jemari, engkau bagian
dari sejarah negeri ini.
“Di
seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat
Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan
abadi” ( Soekarno, Pidato di
BPUPKI, 1 Juni 1945)
Sumber
: Kompasiana.com
No comments:
Post a Comment