Budaya
Gotong Royong
Oleh
Dimas Riskyanto
Gotong
royong merupakan suatu hal yang dilakukan untuk memperingan suatu pekerjaan.
Gotong royong lebih cenderung pada suatu kebersamaan untuk mencapai suatu
Tujuan. Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut Ideologi ke gotong
Royongan. Ideologi Gotong royong ini juga terdapat pada Ideologi pancasila.
Sejak era orde lama pun Presiden pertama Indonesia juga sering berkata tentang
makna “ Berdikari” berdiri diatas
kaki sendiri. Berdikari tersebut sebenarnya sudah mengandung makna Gotong
royong, bangsa Indonesia harus berbondong bondong, bekerja sama, bersusah payah
untuk mensejahterakan dan membangun bangsa Ini tanpa ada Intervensi dari bangsa
lain. Hal tersebut sudah mengandung makna gotong royong. Dengan bergotong
royong kita dengan sepenuh hati dapat menyelesaikan suatu permasalahan.
Dengan
kemajuan teknologi dan kehidupan serba canggil ini budaya gotong royong saat
ini susah diterapkan. Masyarakat lebih suka yang serba instan dan cepat saji
dengan menggunakan teknologi tanpa memakai bantuan orang lain. Hal ini terlihat
nyata pada masyarakat perkotaan yang hidupnya ingin serba cepat. Apa yang
diinginkan dengan kemajuan teknologi langsung terwujud. Padahal kalau kita
renungkan dengan menggunakan teknologi yang canggih negara kita berarti
ketergantungan pada bantuan luar negeri dan menguntungkan luar negeri. Berarti
hal tersebut sangat bersimpangan pada pendapat Ir. Soekarno yang menyatakan
bahwa berdikari harus di utamakan. Tetapi saat ini bukan berdikari yang
diutamakan tetapi berdiri diatas kaki orang asing yang diutamakan. Memang tidak
mudah menerapkan budaya gotong royong di samping kemajuan IPTEK yang semakin
pesat.
Disamping
budaya Iptek yang sangat pesat dan semakin berkembang memang melunturkan budaya
gotong royong. Tetapi tidak pada masyarakat desa. Memang kehidupan teknologi
pada masyarakat desa sangat minim, sangat tertinggal. Tetapi jangan sangka
kehidupan gotong royong masyarakat desa sangat bagus, sangat komplit. Sebagai
masyarakat kota sebaiknya kita perlu menghargai masyarakay desa. Karena
masyarakat pedesaan lah yang lebih menerapkan apa yang dinamakan gotong royong.
Dalam masyarakat desa rasa kekeluargaan lebih di utamakan tetapi pada masrakat
kota rasa keegoisan yang diutamakan.
Kita
sebagai masyarakat kota harus banyak belajar dari masyarakat desa, bukan malah
kita menghina, mencela masyarakat desa. Tanpa masyarakat desa kita juga akan
menemui banyak kekurangan. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985),
menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
" Pedesaan memang terbelakang untuk masalah
IPTEK. tp masalah Gotong royong masyarakat Desa selalu di depan. saya
salut."
Dimas riskyanto
No comments:
Post a Comment