Menumbuhkan
Rasa Syukur
Oleh
Dimas Riskyanto
Setiap
orang yang bersyukur akan ditambah Nikmatnya.
Bersyukur
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Setiap orang yang
mau bersyukur pasti tiduk mencapai rasa syukur yang tak luput dari yang namanya
cobaan untuk mencapai rasa syukur yang maksimal. Orang orang yang mau bersyukur
pasti orang tersebut akan di mudahkan segala urusannya, tanpa syukur orang
tersebut tidak akan ditambah nikmatnya. Perilaku perilaku syukur harus di muali
dari hati yang tulus dan ikhlas, memang tidak mudah untuk melakukan hal
tersebut tetapi khasiatnya sangat dashyat sekali. Selain itu hal yang paling
wajib menjaga sholat 5 waktu ditambah sholat sunnah dan dzaikir, hal tersebut
meupakan bentuk bentuk dari rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Bersyukur
itu memang hal yang mudah di ucapkan tetapi sulit untuk dilakuakan. Kenapa
demikian? Karena setiap orang kebanyakan ucapannya bersyukur tetapi hatinya
kurang menikmati rasa syukurnya. Selalu kurang dan kurang, itulah manusia tidak
pernah mencapai rasa kepuasan. Kita harus mencoba menumbuhkan rasa syukur
tersebut dari yang paling kecil dahulu. Misalnya ketika dapat rejeki kita
sedekahkan sebagian rejeki tersebut sesuai dengan syariat Islam, tanpa paksaan
dan tanpa ditentukan pula nominalnya. Karena urusan sedekan Allah tidak pernah
memaksakan. Kita bisa membelanjakan rejeki tersebut di jalan yang di ridhai
Allah, hal tersebut merupakan rasa bentuk syukur kita kepada Allah.
Suatu
kisah yang dikutip dari buku The miracle
of giving karya Ust.H.Yusuf Mansyur ada yang seseorang yang bernama Lukman
Hakim yang bertutur penuh rasa syukur. Bila kini ia bisa memberi makan anak
anak yatim dan jamaah, itu adalah hal yang memang seharusnya ia lakukan. Itu
bila ingin menjadi hambanya yang bersyukur. Lukman hakim mengenang sedikit
tentang riyadhah-Nya. Ia meneguhkan hatinya untuk memelihara shalat malam
sebagian jalan jalan yang mengantarkannya kepada kemuliaan dan kemudahan hidup.
Lalu ia pun meneguhkan hatinya untuk meneguhkan langkah dakwah dan menghadiri
banyak majelis ilmu dan syi’ar untuk menjadi prajurit Allah yang menyiarkan
agamaNya. Kemudian lukman banyak mengalami perubahan hidup dan kemudahan.
Lukman
pun banyak mendapatkan kemuliaan.maka lukman memandang bahwa majelis dhuha yang
ia bikin, bukan lagi sebagai permintaan kepada Allah tetapi sebagai rasa
syukur.ia berniat untuk memperbanyak majelis majelis untuk mengantarkan orang
orang untuk lebih dekat kepada Allah. Denga kejadian tersebut lukman pun harus
istiqomah dan menambah rasa syukurnya, sebab Allah sudah begitu baik untuk
mengabulkan Do’anya.
Dengan
cerita diatas yang dikutip dari buku Ust.H. Yusuf Mansyur betapa hebatnya nilai
syukur yang kita dapat apabila kita mau bersyukur karena Allah, bukan alasan
lain. Allah maha tau apa yang dilakukan umatnya. Bersyukurlah karena Allah.
Bersyukurlah di jalan Allah. Setiap orang yang bersyukur maka Allah akan
menambah nikmat dan mempermudah segala urusan setiap orang yang bersyukur.
“...sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari ( nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih.”
QS.Ibrahim : 7
****
Untuk kata2 sudah dalam kategori 'berani' untuk menulis, dan desain ya standart tp sudah bagus. Dan yang lebih saya kritisi disini adalah mengenai tema. Ketika saya mendengar kata 'cermin sejarah', di imajinasi saya sudah muncul kejadian2 masa lampau yang begitu menabjubkan. Kita bisa membayangkan hidup di masa itu dari kacamata hari ini. Bagaimana cermin sejarah itu menjadi abadi hingga sekarang. Namun sayang,impian saya mulai 'pudar' ketika melihat artikel2 yang ada dalam 'cermin sejarah' itu sendiri. Mengapa tidak diberi tema berjudul 'lentera kehidupan' saja jika artikel2nya leboh mengarah pada human interest? Yah, tapi sekali lagi itu cuma sekedar kritik dan saran. Selebihnya,saya apresiasi penuh utk perkembangan blog ini. Kunjungi blog saya juga ya di http//niezyaramona.blogspot.com
ReplyDeleteterima kasih kritikannya cz ini masih perdana dan belajar..
ReplyDeletehehehe